Patunas.co.id – Lahirnya UUPA agraria no 5 tahun 1960 yang di tandatangi pada 24 September menjadi sebuah jalan masyarakat Tani di Indonesia untuk mendapatkan tanah yang bisa dikelola untuk kesejahteraan generasi bangsa kedepan, dengan adanya kepemilikan tanah mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat tani, hal ini lah menjadi momentum Hari Tani Nasional.
Namun kesejahteraan itu setelah 64 tahun setelah undang – undang itu disahkan masih jauh panggang dari api, seperti yang terjadi ditanjung jabung barat provinsi jambi, kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah sebuah kabupaten yang memiliki bonus demografi yang sangat baik, selain terletak dipinggir sungai diwilayah ilir, juga mendapatkan wilayah dataran tinggi diwilayah ulu, dengan jumlah penduduk sebanyak 331 ribu, hampir tiga perempat dari jumlah penduduk tersebut bekerja sebagai PETANI.
Adapun beberapa komoditi yang diusahakan petani ditanjung jabung barat adalah kelapa sawit, kelapa dalam, Pinang , Kopi serta tanaman Holtikultura lainnya.
Hal yang diinginkan masyarakat tani itu sebenarnya sederhana, mereka bukan menginginkan jalan beton, lampu jalan ataupun seremonial panen yang dilakukan pemerintah, tetapi mereka menginginkan kepemilikan tanah yang absah, akses permodalan yang mudah, teknologi pertanian yang modern serta jaminan pasar yang baik
Namun hal tersebut masih jauh dari harapan, kesejahteraan kaum tani di Kabupaten Tanjung Jabung Barat masih begitu jelas terlihat jurang pemisahnya yaitu ketika menguasai tanah dalam jumlah yang banyak, petani akan dikatakan sejahtera ketika memiliki luas tanah yang lebih dari petani lainnya.
Selain itu jurang pemisah itu begitu jelas adalah penguasaan Tanah yang dimiliki korporasi , baik korporasi Tanaman Industri maupun korporasi sawit, belum lagi konflik – konflik kepemilikan antara masyarakat dengan perusahaan yang sampai kini masih belum selesai oleh pemerintah daerah. hal ini disebabkan kurangnya keterbukaan pemerintah dan keberanian dalam memutuskan kebenaran sehingga menyebabkan konflik ini terus terawat.
Christian DN selaku pemerhati agraria yang merupakan putra tanjung jabung barat menilai, Bupati kedepannya dalam memimpin pemerintahan harus tegas terhadap konflik yang terjadi baik dalam memutuskan kebijakan, ketika bupati transparan dan terbuka dengan rakyat yang berkonflik, rakyat yang akan ada dibarisan depan melindungi Bupati, namun ketika kebijakan itu merugikan rakyat maka bupati akan menjadi lawan rakyat.
Christian juga mengatakan ada gag calon bupati tanjung jabung barat ini yang mau dan berani menertibkan perusahaan – perusahan kelapa sawit yang menanam diluar HGU dan melakukan redistribusi tanah kepada masyarakat, bukannya kita menolak investasi, tetapi investasi juga harus jujur dan memanusiakan masyarakat sekitar.
Disektor pertanian, kurangnya gagasan Pemerintah Daerah dalam mengontrol harga komoditi petani menjadikan petani menjerit, Seperti pinang dan kopra, harga pinang yang anjlok karena dimonopoli oleh satu orang pebisnis harusnya menjadi pelajaran bagi pemerintah daerah Tanjung Jabung Barat untuk mencari solusi dengan membangun BUMD yang berbasis sumber daya alam untuk mengkapitalisasi hasil produksi masyarakat dengan menciptakan Produk baru yang bisa dihasilkan dari pinang seperti Ekstrak Pinang, begitu juga dengan kelapa dalam, kelapa dalam hanya dijadikan kopra seharusnya pemerintah daerah sudah memikirkan output apa yang mampu dihasilkan dari kelapa dalam dan kemudian dibangun pabriknya serta disiapkan keran ekspornya sehingga mampu menaikkan nilai jual di petani.
Disektor kelapa sawit, petani juga masih tergantung kepada pabrik kelapa sawit perusahaan, seharusnya dengan surplus kelapa sawit ditanjung jabung barat, pemerintah daerah sudah membangun Pabrik Kelapa Sawit milik Daerah serta membangun Dermaga Penjualan CPO milik Pemerintah Daerah karena bonus Demografi Tanjung Jabung Barat.
Disektor kehutanan hari ini minimnya gagasan pemerintah daerah terhadap nasib masyakat yang tinggal didalam Kawasan hutan dan kepastian legalitas lahan dan kesejahteraan juga menjadi hal yang harus dipikirkan bupati kedepannya, belum lagi masih banyaknya aktivitas tambang yang diduga ddalam Kawasan hutan yang merugikan pendapat daerah menjadi langkah yang harus diselesaikan bupati terpilih kedepan.
Terhadap permasalahan – permasalahan ini Christian DN menilai semua ini tinggal keinginan Bupatinya, apakah benar – benar punya gagasan, keinginan keberanian dan keberpihakan kepada masyrakat tani dalam meningkatkan kesejahteraan, apabila Bupatinya hanya berorientasi pada pribadi dia pasti tidak ingin, karena memang pasti akan banyak pro dan kontra dalam tahapan meningkatkan kesejahteraan petani, karena selama ini kesejateraan petani sudah dikoptasi oleh tengkulak dan mafia – mafia didunia pertanian / perkebunan.
Christian juga mengajak teman – teman petani yang ada ditanjung jabung barat untuk lebih rasional kedepannya dalam memilih calon Bupati, apakah akan memilih karena serangan fajar atau memilih karena komitmen untuk mensejahtrakan Petani.
Discussion about this post