Oleh : Dr. Noviardi Ferzi
Hari Kamis tanggal 7 Juli 2022 kemarin, Genap satu tahun Al Haris dan wakilnya Abdullah Sani memimpin Provinsi Jambi. Jika boleh jujur, tak ada sesuatu yang menunjukkan pencapaian selama satu tahun terakhir. Bahkan, kita tak tahu kemana arah dari visi Jambi mantap yang dijanjikannya.
Satu tahun kinerja, semua masih sebatas rutinitas birokrasi dan kedinasan, untuk perencanaan dan program minim sekali inovasi dan kreativitas yang diperlihatkan Gubernur dalam memimpin Jambi.
Kalaupun ada yang positif, berupa kegigihan Gubernur mendatangkan para Menteri bahkan Presiden dan Wakil Presiden ke Jambi dalam hal koordinasi pembangunan, inipun saya lihat belum diikuti tindaklanjut dari para OPD menjemput program dan anggaran pasca kunjungan tadi.
Bahkan dihari ulang tahun pertamanya, pak gubernur terkesan meminta pemakluman dari publik terkait beberapa hal yang belum tercapai. Salah satunya, masalah program Dua Milyar Satu Kecamatan (Dumisake). Program ini menjadi pertanyaan publik, karena sebelumnya berkembang di masyarakat bahwa DUMISAKE adalah program bantuan keuangan sebesar Dua Milyar baik dana maupun program untuk tiap kecamatan.
Harapan publik waktu itu cukup tinggi, setidaknya dalam benak masyarakat, DUMISAKE edisi revis pengembangan dari Program Satu Milyar Satu Kecamatan (SAMISAKE) Gubernur HBA. Logika yang wajar karena secara emosional HBA dan Haris memiliki kedekatan bak ayah dan anak.
Tapi, meski kedekatan itu erat, untuk urusan program SAMISAKE dan DUMISAKE berbeda jauh, karena SAMISAKE memiliki alokasi dana khusus yang diplot untuk kecamatan, dan ini tidak berlaku bagi DUMISAKE.
Buktinya, dalam dokumen perencanaan maupun penganggaran, baik dari RPJMD, RKPD dan RAPBD yang ditetapkan menjadi APBD tidak ada bantuan atau plot program sebesar dua milyar perkecamatan. Walhasil DUMISAKE hanya tagline terhadap program unggulan SKPD dengan beberapa komponen di dalamnya yang terdistribusi pada 11 Perangkat daerah.
Masalahnya adalah Dumisake merupakan janji politik saat pilgub kemarin, sebuah janji yang mengiming -imingkan masyarakat ada bantuan keuangan maupun program sejumlah Dua Milyar untuk Kecamatan. Sayang janji ini pada RPJMD ini bergeser menjadi sebatas tagline atau program. Sehingga hari ini DUMISAKE adalah program – program di OPD yang diklaim sebagai DUMISAKE, lucunya dalam program yang sama terkadang diperuntukkan sebagai pokir dewan. Sehingga wajar, jika sebagian publik menilai ini sebagai suatu kebohongan, permainan narasi dalam penganggaran yang dangkal.
Masalah penganggaran ini, saya teringat kata seorang senior dalam satu diskusi, bahwa butuh keikhlasan dan kebesaran jiwa dari seorang pemimpin untuk membagi plot anggaran dan program ke semua kecamatan secara rata.
Karena ini menyangkut motif seseorang dalam berkuasa, jika masih ada niat rent seeking dalam diri pemimpin, akan sulit menerapkannya. Jadi, anggaran pro rakyat itu masalah motif, mau mencari apa, atau pesanan siapa. Benar atau tidak, saya juga hanya menduga. Waallahualam bis shawab.
Kembali pada satu tahun pemerintahan Gubernur Haris tadi, dalam teori pemerintahan, sebenarnya tahun pertama dari kepemimpinan seorang kepala daerah berkutat untuk membangun pondasi. Masalah pondasi ini yang juga belum tampak dari pemerintahan Haris Sani. Mana prioritas yang ingin ia kejar belum tampak.
Tanggal 7 Juli kemarin, satu tahun kepemimpinan Haris – Sani sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur relatip sepi dari apresiasi masyarakat. Kalaupun ada hanya puja – puji dari segelintir tim sukses dalam bentuk postingan di media sosial dan tulisan yang subjektif, nyaris tanpa indikator penilaian yang lazim untuk mengukur kinerja.
Tahun pertama bagi Gubernur baru adalah tahap penyesuaian diri sembari membangun pondasi baru sebagai tahapan tahun berikutnya. Dimana untuk tahun keduanya, adalah mengakselerasi dan tahun ketiga memetik hasil dari apa yang dilakukan di tahun pertama dan kedua. Hanya saja, ditahun pertama ini saya belum melihat upaya membangun pondasi tersebut.
Dalam hal ekonomi masyarakat sebagai pondasi, misalnya. Pasca pandemi Covid 19 melandai, ekonomi Jambi kuartal 1 tahun 2022 tumbuh 4,64 %, angka ini lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional yang dikuartal 1 tahun 2022 tercatat sebesar 5,01 %.
Pertumbuhan ekonomi Jambi yang dibawah pertumbuhan nasional ini memperlihatkan program – program ekonomi nasional tak bisa diikuti dengan program – program ekonomi lokal.
Padahal jika program ekonomi Jambi bisa mengikuti nasional, pertumbuhan ekonomi bisa lebih tinggi. Karena maksud awal program DUMISAKE sebenarnya peningkatan kesejahteraan masyarakat provinsi Jambi.
Namun sayang, DUMISAKE seolah tidak hadir dalam membantu masyarakat ketika harga sawit jatuh, saat UMKM baru jalan saat Pandemi melandai, mengatasi pengangguran, kemiskinan dan menekan angka stunting dan lain sebagainya.
Andai saja DUMISAKE berjalan dan perangkat daerah tidak gagal menerjemahkan sekaligus mengimplementasikan program DUMISAKE, masyarakat cukup terbantu. Tapi kini tidak realisasi program ini lambat dan tidak terukur, setidaknya hingga semester pertama APBD TA 2022, dikarenakan tak tuntasnya Juklak-Juknis penyelenggaraan program kegiatan tersebut.
Terakhir, segala kelemahan yang ada tentu menjadi bahan evaluasi untuk terus dibenahi yang membutuhkan komitmen kuat untuk membangun daerah pro rakyat. Mari kita beri kesempatan dan support percepatan pembangunan di Jambi dibawah kepemimpinan Haris Sani.******Pengamat***
Discussion about this post