PATUNAS.CO.ID, – Pemindahan lokasi pembangunan Stadion yang bernilai 250 Milyar di Provinsi Jambi, terus menjadi perseteruan panas antara Wakil Rakyat dan Gubernur Jambi.
Setelah ketok palu, semua DPRD Provinsi Jambi setuju dengan lokasi awal pembangunan di Pall 10, saat ditengah jalan Gubernur Jambi Al Haris mengambil wacana memindahkan lokasi perencanaan pembangunan stadion itu di wilayah Pijoan.
Hal inilah yang menjadi polemik di gedung Parlement Provinsi Jambi. Sebagian besar, wakil rakyat menolak wacana untuk pemindahaan lokasi pembangunan stadion yang sudah Diparipurnakan sejak awal.
Penolakan itu, ramai diperbincangkan di media sosial, bahkan disuarakan melalui pemberitaan.
Namun, pengamat Ekonomi dan Kebijakan Publik di Provinsi Jambi, Dr Novriadi Ferzi menilai, bukan persoalan setuju atau tidak setuju atas lokasi pemindahan stadion.
Dr Novriazi memandang, dari efek pembangunan di Pijoan ini, akan terkoneksinya pembangunan Jambi Wilayah Barat dan Jambi Wilayah Timur.
“Rencana pembangunan Stadion Internasional di Pijoan Kecamatan Jaluko Muaro Jambi, diyakini akan menimbulkan multiplier effect terhadap percepatan pertumbuhan investasi di Provinsi Jambi. Efek ganda yang memberi pondasi pada ekonomi dan koneksitivitas warga. Kawasan yang tidak hanya mengakumulasi manusia, tapi juga modal serta peradaban yang menyertainya,” kata Dosen Mahasiswa S2 ini.
Lalu kata Dr Novriadi, harapannya Stadion Internasional ini tidak hanya mendukung peningkatan prestasi olahraga di Jambi hingga level nasional. Namun, Stadion Internasional ini bisa menguatkan peran wilayah Pijoan sebagai sentral ekonomi baru yang menghubungkan Jambi wilayah Barat dan Wilayah Timur.
“Stadion Internasional di Pijoan akan membuka mata publik Jambi tentang bagaimana membangun daerah urban (pinggiran). Ini terobosan dalam mewujudkan kawasan ekonomi baru,” ungkapnya.
Masih kata Dr Niovriadi, bayangkan, ada satu kawasan di Jambi yang menjadi pusat pendidikan (UNJA, UIN, TT dan MC), dipadukan stadion internasional dan kawasan pemukiman modern Citra Raya, ditambah jaringan tol Sumatera dengan pintu masuknya di Sungai Duren, maka dalam satu dasa warsa Pijoan akan menjadi New Serpong (BSD-nya) di Jambi.
“Pada tahap awal stadion ini akan membuat geliat baru ekonomi di kawasan Mendalo, Sei Duren dan Pijoan sendiri. Namun, dalam jangka menengah dan panjang kawasan ini akan menjadi area penghubung utama Provinsi Jambi, akses keluar masuk kota dan kabupaten bukan hanya di Jambi tapi kota – kota lain yang akan dan keluar dari kawasan Kota Jambi,” ungkapnya lagi.
“Dalam konteks ini saya memahami alasan Gubernur Haris untuk membangun stadion di Pijoan. Paham, karena wilayah tersebut tidak hanya memiliki daya dukung ekonomi melalui konektivitas yang dimilikinya, namun Pijoan adalah jalur historikal penghubung kabupaten Kota di Jambi. Hari ini sudah puluhan tahun kawasan ini pembangunannya relatif stagnan, ketika pertumbuhan ekonomi lebih cepat tumbuh di kawasan pedalaman (inland) Kota Jambi,” papar mantan Aktivis Unja ini.
Dari semua itu, lanjutnya, Gubernur Haris dinilai berani masuk dalam situasi pengambilan keputusan yang mesti berjalan sangat bersih dari beragam perilaku lobi yang bernuansa kekurangan (moral hazard) yang dipenuhi kepentingan tertentu (vested interest) dari keuntungan semata (rent seeking).
“Hal ini penting agar, hasil-hasil pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat secara adil melintasi (menembus) batas ruang (inter-region) dan waktu (inter-generation),” sambungnya.
Apalagi kita tahu, dengan makin terbatasnya lahan di Kota Jambi, keputusan Gubernur memindahkan lokasi stadion dari Pall 13 Pondok Meja ke Pijoan sebagai strategi pembangunan kawasan visioner bagi kemajuan Provinsi Jambi. Membangkitkan dan mengingatkan kembali identitas warga sebagai tuan rumah yang berkemajuan.
“Ke depan saya meyakini Pijoan akan menjadi kota satelit yang bisa di akses dari jalan lintas provinsi, dari tol Sumatera dan juga jalur sungai. Publik Jambi harus berpikir besar akan hal ini, karena ini bukan soal Haris Sani semata, tapi lebih pada daya saing Jambi lima sampai sepuluh dekade ke depan,” tutup Dr Novriadi.
Sementara, Ketua Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Provinsi Jambi, Sigit EY menambahkan, pertama stadion adalah keniscayaan untuk sebuah kawasan yang berkembang.
“Saya sangat mendukung rencana pembangunan stadion bertaraf internasional di Provinsi Jambi. Dan ini adalah untuk kemajuan persepakbolaan di Jambi, karena stadion yang berada di Jambi saat ini tidak layak untuk sebuah event Nasional maupun internasional,” ungkap Sigit yang akrab di sapa Mbah ini.
Lanjutnya, kemajuan sebuah daerah antaralain, ditunjukkan dengan fasilitas olahraga yang lengkap, dan prstasi para ateltnya. (*)
Discussion about this post